Di era moderen seperti sekarang ini yakni sebuah era yang sekarang disebut sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau dalam bahasa kerennya disebut era Information and Communication Technology (ICT) menjadikan dunia ini seolah-olah tanpa batas, tebaran informasi di dunia maya begitu berkembang sekarang ini. Dalam hal ini ada sebuah pertanyaan besar dalam benak kami, mungkinkah petani di bali melek Teknologi Informasi dan Komonikasi.........?
Jika kita telisik kebelakang sebentar mengenai kondisi para petani kita di bali yang di hadapkan dengan semakin kompleksnya permasalahan mulai dari sisi kesejahteraan petani hingga kepada derasnya gempuran produk import yang membanjiri pasar hingga membuat anjloknya harga produk petani lokal. Dari sisi latar belakang pendidikan para petani di bali sebagian besar adalah petani tua yang mulai dari yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan atau bahkan hanya sampai pendidikan dasar, dan hanya sebagian kecil petani yang muda yang mengenyam pendidikan dari SLTP, SLTA atau bahkan S1.
Erat kaitan dengan pertanyaan besar diatas, dapat ditarik sebuah hipotesa bahwa petani-petani tua yang tidak mengenyam pendidikan dasar maupun lanjut yang keberadaanya sebagaian besar di bali hampir tidak mungkin mampu melek teknoloki informasi dan komonikasi seperti era sekarang, dan hanya sebagian kecil petani yang mampu mengakses dan melek teknologi informasi dan komonikasi.
Namun kali melalui sebuah artikel ini kami akan berbagi sebuah cerita nyata yang dengan harapan dapat memotivasi para petani lainya untuk bisa melek teknologi informasi dan komonikasi.
Adalah sahabat kami admin Kelompok Tani Ternak Pucak Manik, yakni seorang pionir Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali yan bernama : bapak I Gede Kartika, Ketua Poktan Munduk Lingker Nadi yang sekaligus sebagai ketua Gapoktan desa Sumberkima. Sosok lugu wajah petani sejati yang berada di wilayah pinggiran berkomitmen membangun diri, membangun kelompok dan kini membangun desa, sebagai bukti bahwa mereka bukan orang pinggiran. Berdasarkan penuturan beliau, dulu beliau selalu merasa minder dan merasa tersisih mengingat keberadaan ekonomi yang minim dan latar belakang pengetahuan dengan pendidikan yang minim, serta
sering merasa tersisih dan terpinggirkan, namun beliau jengah dalam dirinya membara mulai dari mengembangkan kelompok, belajar dan terus belajar, beliau tidak mau ketinggalan dalam mengenal sebuah perangkat komputer, yang diawali dengan belajar ketik-mengetik dengan menggunakan mesin ketik di kantor desa, mulai dari mengenal rangkaian huruf QWERTY dalam keyboard Komputer, dan rasa ingin tahunya terus berkembang, mengingat pengalaman beliau dalam penyusunan sebuah proposal selalu menghabiskan biaya ongkos ketik dan print yang sangat mahal bagi ukuran beliau, tidak hanya berhenti disitu disaat membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak pemerintah beliau merasa biaya ketik dan print yang mahal juga apalagi disertai dengan foto kegiatan pelaksanaannya. Nah dari sanalah beliau semakin jengah dengan mengusahakan untuk membeli sebuah laptop dan printer sebagai langkah awal beliau mengenal teknologi.
Berikutnya Adalah sahabat kami juga admin Kelompok Tani Ternak Pucak Manik, yakni seorang pionir Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali yan bernama : bapak I Ketut Sumadi, Ketua Gapoktan Desa Musi, antara cerita diatas yang dialami oleh bapak gede kartika hampir sama dengan nasib bapak ketut sumadi, baik dari sisi latar belakang pendidikan dan ekonomi sama sama dari keluarga kurang mampu, namun yang membuat admin merasa salut pada beliau adalah semangat juang, jiwa sosial, dan etos kerja yang luar biasa.
Bapak Ketut sumadi dengan permasalahan yang sama dalam biaya administrasi proposal dan LPJ membuat mereka jengah, dari hasil usaha peternakan mereka di sektor hilir dalam menjual produk pupuk organik hasil produksinya, pak ketut dan anggotanya sepakat untuk membeli sebuah Laptop, Kamera digital dan Printer.
Dari Cerita diatas adalah sebuah kisah nyata petani dengan kondisi geografis desa yang sama yakni dilahan kering, semua berawal dari kondisi dan latar belakang yang sama petani dengan pendidikan dan ekonomi rendah, bukan berawal dari seorang profesor dan guru besar, namun semangat belajar, menggali segenap potensi lokal dalam menggerakkan roda perekonomian di desanya.
Untuk saudara-saudaraku sesama petani-peternak, kami saja yang berada di wilayah kritis dengan segala keterbatasan mau semangat belajar mengenal perkembangan zaman dan melek teknologi, kami ingin petani bangkit agar tidak gaptek. Semangatlah dan teruslah berjuang dalam menggapai mimpi indahmu
Salam Hangat Kami
Admin KTT. Pucak Manik
Gung Raka Purnawan
Jika kita telisik kebelakang sebentar mengenai kondisi para petani kita di bali yang di hadapkan dengan semakin kompleksnya permasalahan mulai dari sisi kesejahteraan petani hingga kepada derasnya gempuran produk import yang membanjiri pasar hingga membuat anjloknya harga produk petani lokal. Dari sisi latar belakang pendidikan para petani di bali sebagian besar adalah petani tua yang mulai dari yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan atau bahkan hanya sampai pendidikan dasar, dan hanya sebagian kecil petani yang muda yang mengenyam pendidikan dari SLTP, SLTA atau bahkan S1.
Erat kaitan dengan pertanyaan besar diatas, dapat ditarik sebuah hipotesa bahwa petani-petani tua yang tidak mengenyam pendidikan dasar maupun lanjut yang keberadaanya sebagaian besar di bali hampir tidak mungkin mampu melek teknoloki informasi dan komonikasi seperti era sekarang, dan hanya sebagian kecil petani yang mampu mengakses dan melek teknologi informasi dan komonikasi.
Gambar : Ketika 2 Orang Petani Beli Laptop |
sering merasa tersisih dan terpinggirkan, namun beliau jengah dalam dirinya membara mulai dari mengembangkan kelompok, belajar dan terus belajar, beliau tidak mau ketinggalan dalam mengenal sebuah perangkat komputer, yang diawali dengan belajar ketik-mengetik dengan menggunakan mesin ketik di kantor desa, mulai dari mengenal rangkaian huruf QWERTY dalam keyboard Komputer, dan rasa ingin tahunya terus berkembang, mengingat pengalaman beliau dalam penyusunan sebuah proposal selalu menghabiskan biaya ongkos ketik dan print yang sangat mahal bagi ukuran beliau, tidak hanya berhenti disitu disaat membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak pemerintah beliau merasa biaya ketik dan print yang mahal juga apalagi disertai dengan foto kegiatan pelaksanaannya. Nah dari sanalah beliau semakin jengah dengan mengusahakan untuk membeli sebuah laptop dan printer sebagai langkah awal beliau mengenal teknologi.
Berikutnya Adalah sahabat kami juga admin Kelompok Tani Ternak Pucak Manik, yakni seorang pionir Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali yan bernama : bapak I Ketut Sumadi, Ketua Gapoktan Desa Musi, antara cerita diatas yang dialami oleh bapak gede kartika hampir sama dengan nasib bapak ketut sumadi, baik dari sisi latar belakang pendidikan dan ekonomi sama sama dari keluarga kurang mampu, namun yang membuat admin merasa salut pada beliau adalah semangat juang, jiwa sosial, dan etos kerja yang luar biasa.
Bapak Ketut sumadi dengan permasalahan yang sama dalam biaya administrasi proposal dan LPJ membuat mereka jengah, dari hasil usaha peternakan mereka di sektor hilir dalam menjual produk pupuk organik hasil produksinya, pak ketut dan anggotanya sepakat untuk membeli sebuah Laptop, Kamera digital dan Printer.
Dari Cerita diatas adalah sebuah kisah nyata petani dengan kondisi geografis desa yang sama yakni dilahan kering, semua berawal dari kondisi dan latar belakang yang sama petani dengan pendidikan dan ekonomi rendah, bukan berawal dari seorang profesor dan guru besar, namun semangat belajar, menggali segenap potensi lokal dalam menggerakkan roda perekonomian di desanya.
Untuk saudara-saudaraku sesama petani-peternak, kami saja yang berada di wilayah kritis dengan segala keterbatasan mau semangat belajar mengenal perkembangan zaman dan melek teknologi, kami ingin petani bangkit agar tidak gaptek. Semangatlah dan teruslah berjuang dalam menggapai mimpi indahmu
Salam Hangat Kami
Admin KTT. Pucak Manik
Gung Raka Purnawan
salam hangat dari anak petani
BalasHapusmaju terus
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut