Setiap
Pagi hari yang cerah 4 anggota kami Kelompok Tani Ternak Pucak Manik,
Banjar Dinas Bukit Sakti, Desa Lokapaksa mulai berdatangan menuju
kandang koloni, entah apa motivasi yang terbersit dalam pikiran mereka
datang pagi-pagi, sebelum memulai kegiatan mereka menuju gudang untuk
menyalakan kompor biogas guna menghangatkan air dalam ketel, kurang
lebih 5 menit secangkir kopi hangat ditangan guna menghangatkan badan
sebelum aktifitas PIKET dimulai. Seiring waktu berjalan mereka bergegas
mengambil sapu dan sekop, 2 orang menyapu di lingkungan kandang koloni,
dan 2 orang lagi menggayung sekop mereka ditengah sapi-sapi yang lagi
asik bermalas-malasan berdampingan dengan kotoran/feses mereka
semalaman.
Anggota yang sedang piket ini asik menyekop feses dengan siulan mereka sambil mengumpulkan feses ternak tersebut di tempat yang telah ditentukan sebagai tempat penirisan, mereka gembira entah mengapa dan ada apa sebenarnya dibalik ini semua....?.
Kegiatan piket ini dilakukan selama 30 menit untuk volume pekerjaan yang sama pada pagi harinya, kemudian berlanjut di siang harinya dan berakhir di sore harinya. Gambar diatas menunjukkan senyum sumringah salah satu anggota kami yang bernama : I GUSTI PUTU ARTHA YASA, yang piket Setiap hari SELASA.
Rasa penasaran ini pun semakin bertambah.....! ada tanda tanya besar yang ingin saya tanyakan, kenapa tugas piket selalu tersenyum melakoni pekerjaan yang mungkin bagi sebagian orang menjijikkan mengingat selalu berdampingan dengan kotoran ternak yang identik dengan bau yang tidak sedap ini.
Dengan penuh penasaran saya coba bertanya
Admin : Beli Putu Kenapa setiap Anda piket, Saya perhatikan selalu tersenyum gembira melakoni pekerjaannya ini...?
Jawabnya :
Beli Putu : Ooo...! Bukannya kenapa-napa, karena setiap Anggota yang piket dengan baik maka secara tidak langsung nemuin uang dikandang...!
Admin : Ah masak....?, Siapa juga yang bodoh naruh uang dikandang setiap harinya...!
Beli Putu : Beneran.....!, Tiap Pagi Anggota yang piket nemuin uang sejumlah Rp. 67.200,- kotor, setelah dipotong segalanya tinggal Rp. 26.880,- bersih, itu baru dikandang sapinya saja belum ditempat pengolahan biourine....! xixiixix (ketawa).
Admin : Terus Mana uangnya...? kok bisa begitu...?
Beli Putu : itu uangnya...! ("sambil menunjukkan sebongkah tai sapi dan urine sapi yang ada di bak penampungannya").
Dari perbincangan ini awalnya Admin merasa bangga pada beliau, beliau yang dengan latar belakang hanya seorang petani yang tidak lulus SD karena tidak punya biaya sekolah memiliki sebuah pola pikir yang jauh lebih maju dibandingkan saya.
Dari penjelasan beliau yang hanya berbekal dari teori bintek SIMANTRI setahun yang lalu, berhasil menghitung sebuah nilai rupiah dibalik sebongkah tai sapi/kotoran ternak sapi/feses yang dikeluarkan oleh sapi selama 24 jam (sehari).
Pola perhitungannya ini pun saya kagum dihitung mulai dari bobot ternak, % pemberian pakan, % Pakan Tercerna, %Feses Basah, %Bahan Pupuk(Feses kering), % Biaya-biaya Hingga diperoleh Pendapatan Bersih dari Pupuk itu sendiri.
Saya kagum atas penjelasan beliau yang sempat memberi sebuah pengandaian seperti ini : "Batu Kali Bila Tidak diolah lebih lanjut, maka tidak akan ada nilainya, begitu diolah untuk diukir maka akan menjadi sebuah karya seni dengan nilai jual tinggi".
LUAR BIASA............! saya kagum dengan filosofi dan etos kerja beliau ini, mengambil sebuah pendekatan analogi yang sempurna dari sebuah proses suatu Objek hingga menjadi bernilai ekonomis.
Saya Coba belajar bagaimana model perhitungan yang beliau pakai sehingga dapat sebuah kesimpulan nilai nominal uang yang diperoleh setiap hari dari kandang koloni ini....!
1. Sapi perlu makan 10% dari Bobot Tubuh, Andaikata Rata-rata bobot tubuh sapi ini seberat 350 Kg maka kebutuhan pakan perharinya sebanyak : 35 Kg/ekor
2. Andaikata Pakan yang tercerna tersebut sebanyak 60% Maka akan diperoleh Feses/Kotoran Sapi basah Sejumlah : 14 Kg/ekor
3. Apabila dikeringkan hingga kadar air berkurang maka akan diperoleh feses kering sebagai bahan puuk organik sejumlah 2,8 Kg/ekor
4. Di SIMANTRI 022 Desa Lokapaksa dengan kapasitas kandang 24 ekor dan terisi sapi 24 ekor juga maka potensi pupuk perharinya mencapai : 67,2 Kg
5. Kelompok Menjual Pupuk per kilonya seharga : Rp. 1.000,-. maka potensi yang diperoleh dari penjualan pupuk kotor sejumlah : Rp. 67.200,-/Hari
6. Biaya biaya seperti 40% Biaya Produksi, 10% Biaya Pemasaran dan 10% Biaya Lain-lain maka akan dperoleh pendapatan bersih sejumlah : Rp. 26.880,-/Hari.
Menurut beliau perhitungan ini masih mengabaikan penambahan sisa pakan dalam pembuatan pupuk, jika ini diikut sertakan tentu akan jah lebih banyak dapat nilai nominal per harinya itu di sektor PUPUK PADAT/KOMPOS....!
Nah Bagaimana Dengan hitung-hitungan lainnya seperti :
1. Bagaimana jika kita Hitung pendapatan dari pengolahan BIO URINE...?
2. Bagaimana jika kita coba hitung juga dari pendapatan limbah biogas...?
3. Bagaimana jika kita coba hitung dari manfaat Gas yang diperoleh dari BIO GAS yang mampu mengurangi biaya rumah tangga dalam pembelian gas.....?
4. Bagaimana jika sekalian kita hitung ANALISIS BISNIS dengan pendekatan Disiplin ilmu EKONOMI baik dari sisi BEP, ROI dan lain sebagainya
Nanti setelah kami belajar banyak pasti akan kami posting sebuah artikel tentang Analisis dunia peternakan di simantri 022. Semoga kedepan semua anggota memiliki kesadaran bahwa "Tiap Pagi Ada Rupiah Dikandang Sapi SIMANTRI-022"
Anggota yang sedang piket ini asik menyekop feses dengan siulan mereka sambil mengumpulkan feses ternak tersebut di tempat yang telah ditentukan sebagai tempat penirisan, mereka gembira entah mengapa dan ada apa sebenarnya dibalik ini semua....?.
Kegiatan piket ini dilakukan selama 30 menit untuk volume pekerjaan yang sama pada pagi harinya, kemudian berlanjut di siang harinya dan berakhir di sore harinya. Gambar diatas menunjukkan senyum sumringah salah satu anggota kami yang bernama : I GUSTI PUTU ARTHA YASA, yang piket Setiap hari SELASA.
Rasa penasaran ini pun semakin bertambah.....! ada tanda tanya besar yang ingin saya tanyakan, kenapa tugas piket selalu tersenyum melakoni pekerjaan yang mungkin bagi sebagian orang menjijikkan mengingat selalu berdampingan dengan kotoran ternak yang identik dengan bau yang tidak sedap ini.
Dengan penuh penasaran saya coba bertanya
Admin : Beli Putu Kenapa setiap Anda piket, Saya perhatikan selalu tersenyum gembira melakoni pekerjaannya ini...?
Jawabnya :
Beli Putu : Ooo...! Bukannya kenapa-napa, karena setiap Anggota yang piket dengan baik maka secara tidak langsung nemuin uang dikandang...!
Admin : Ah masak....?, Siapa juga yang bodoh naruh uang dikandang setiap harinya...!
Beli Putu : Beneran.....!, Tiap Pagi Anggota yang piket nemuin uang sejumlah Rp. 67.200,- kotor, setelah dipotong segalanya tinggal Rp. 26.880,- bersih, itu baru dikandang sapinya saja belum ditempat pengolahan biourine....! xixiixix (ketawa).
Admin : Terus Mana uangnya...? kok bisa begitu...?
Beli Putu : itu uangnya...! ("sambil menunjukkan sebongkah tai sapi dan urine sapi yang ada di bak penampungannya").
Dari perbincangan ini awalnya Admin merasa bangga pada beliau, beliau yang dengan latar belakang hanya seorang petani yang tidak lulus SD karena tidak punya biaya sekolah memiliki sebuah pola pikir yang jauh lebih maju dibandingkan saya.
Dari penjelasan beliau yang hanya berbekal dari teori bintek SIMANTRI setahun yang lalu, berhasil menghitung sebuah nilai rupiah dibalik sebongkah tai sapi/kotoran ternak sapi/feses yang dikeluarkan oleh sapi selama 24 jam (sehari).
Pola perhitungannya ini pun saya kagum dihitung mulai dari bobot ternak, % pemberian pakan, % Pakan Tercerna, %Feses Basah, %Bahan Pupuk(Feses kering), % Biaya-biaya Hingga diperoleh Pendapatan Bersih dari Pupuk itu sendiri.
Saya kagum atas penjelasan beliau yang sempat memberi sebuah pengandaian seperti ini : "Batu Kali Bila Tidak diolah lebih lanjut, maka tidak akan ada nilainya, begitu diolah untuk diukir maka akan menjadi sebuah karya seni dengan nilai jual tinggi".
LUAR BIASA............! saya kagum dengan filosofi dan etos kerja beliau ini, mengambil sebuah pendekatan analogi yang sempurna dari sebuah proses suatu Objek hingga menjadi bernilai ekonomis.
Saya Coba belajar bagaimana model perhitungan yang beliau pakai sehingga dapat sebuah kesimpulan nilai nominal uang yang diperoleh setiap hari dari kandang koloni ini....!
1. Sapi perlu makan 10% dari Bobot Tubuh, Andaikata Rata-rata bobot tubuh sapi ini seberat 350 Kg maka kebutuhan pakan perharinya sebanyak : 35 Kg/ekor
2. Andaikata Pakan yang tercerna tersebut sebanyak 60% Maka akan diperoleh Feses/Kotoran Sapi basah Sejumlah : 14 Kg/ekor
3. Apabila dikeringkan hingga kadar air berkurang maka akan diperoleh feses kering sebagai bahan puuk organik sejumlah 2,8 Kg/ekor
4. Di SIMANTRI 022 Desa Lokapaksa dengan kapasitas kandang 24 ekor dan terisi sapi 24 ekor juga maka potensi pupuk perharinya mencapai : 67,2 Kg
5. Kelompok Menjual Pupuk per kilonya seharga : Rp. 1.000,-. maka potensi yang diperoleh dari penjualan pupuk kotor sejumlah : Rp. 67.200,-/Hari
6. Biaya biaya seperti 40% Biaya Produksi, 10% Biaya Pemasaran dan 10% Biaya Lain-lain maka akan dperoleh pendapatan bersih sejumlah : Rp. 26.880,-/Hari.
Menurut beliau perhitungan ini masih mengabaikan penambahan sisa pakan dalam pembuatan pupuk, jika ini diikut sertakan tentu akan jah lebih banyak dapat nilai nominal per harinya itu di sektor PUPUK PADAT/KOMPOS....!
Nah Bagaimana Dengan hitung-hitungan lainnya seperti :
1. Bagaimana jika kita Hitung pendapatan dari pengolahan BIO URINE...?
2. Bagaimana jika kita coba hitung juga dari pendapatan limbah biogas...?
3. Bagaimana jika kita coba hitung dari manfaat Gas yang diperoleh dari BIO GAS yang mampu mengurangi biaya rumah tangga dalam pembelian gas.....?
4. Bagaimana jika sekalian kita hitung ANALISIS BISNIS dengan pendekatan Disiplin ilmu EKONOMI baik dari sisi BEP, ROI dan lain sebagainya
Nanti setelah kami belajar banyak pasti akan kami posting sebuah artikel tentang Analisis dunia peternakan di simantri 022. Semoga kedepan semua anggota memiliki kesadaran bahwa "Tiap Pagi Ada Rupiah Dikandang Sapi SIMANTRI-022"
Semoga senyumnya menular ke petani lainnya... Simantri 022 berjaya selalu....
BalasHapusTerimakasih atas doanya, ya kita harus selalu tersenyum, suka duka pasti ada yang penting kita petik ikmahnya...!
BalasHapusluar biasa pak gusti...memulai sesuatu pada awalnya memang susah....
BalasHapusMohon naskah ini dikirim ke: redaksi_balimandara@yahoo.com, pak!! biar di masukkan ke tabloid pemprov dan dibaca simantri lainnya se bali
BalasHapusBaik Pak, Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami, Semoga Pemprov. bali Sukses selalu dengan program-programnya yang menyentuh rakyat.
BalasHapussaya punya 2 pertanyaan, tolong dijawab ya pak
BalasHapus1. gimana ya tata cara pembentukannya secara detail, tolong dijelaskan bertahap pak.
2. apakah kel ternak nantinya di daftarkan ke dinas peternakan atau bgmn
3. bgmn cara mendapat bantuan dari pemerintah u/pengembangan kelompok ternak
terima kasih
1. tata cara pembentukanya :
BalasHapusa. kumumpulkan petani minimal 20 orang sebagai calon anggota, dengan tujuan dan misi yang sama, setelah disepakati pembentukan kelompok, buat nama kelompok disertai dengan kepengurusannya serta AD/ART + aturan tambahan/awig kalo ada.
b. undang kepala desa/perbekel, Pengurus GAPOKTAN, PPL dan Koordinator kecamatan untuk mengesahkan kelompok dalam berita acara/piagam pengukuhan kelompok sekaligus pembinaan terhadap kelompok
c. kelompok akan skaligus terdaftar sebagai kelas pemula di database BPP
d. lengkapi buku-buku administrasi kelompok
2. untuk kelas pemula akan didaftarkan di tingkat desa dan kelas lanjut di tingkat kecamatan, kelas madya di tingkat bupati dan kelas utama di tingkat gubernur. kelas ini ditentukan berdasarkan tingkat kemapanan sebuah kelompok.
3. cara mendapatkan bantuan yakni dengan mengajukan proposal permohonan bantuan kepada pemerintah. saya rasa banyak program2 pemerintah baik ditingkat kabupaten, propinsi dan pusat. sedangkan di tingkat desa dengan mengikut sertakan program kelompok dalam musrenbang des
itu yang selama ini yang kami lakukan, mudah2an jawaban kami bisa membantu