Menjelang Kenaikan Harga BBM dan TDL nanti, Pada minggu Ke-3 (Tiga) bulan Maret ini, Kita di Bali ada sebuah Hari Raya Besar Umat Hindu di Bali, tepatnya pada Tanggal 23 Maret 2012, Hari Pertama Sasih Kedasa dalam kalender bali, umat Hindu Di Bali Akan Merayaka Hari Raya Nyepi. Sebuah hari raya Pergantian Tahun Baru Ḉaka yang ke 1934, yang diselenggarakan setiap setahun sekali.
Pada artikel kami sebelumnya yang berjudul "Nyepi Bentuk Keselarasan Alam Mikro & Makro" disana telah dijelaskan mengenai Kegiatan Pelaksanaan hari Raya Nyepi serta makna dari hari raya nyepi tersebut.
Namun pada kesempatan Kita kali ini Admin walau bukan seorang pengamat, walau bukan seorang spiritualis atau bahkan bukan seorang penguasa, melainkan hanya seorang petani biasa akan mencoba menuangkan sebuah kerangka pikiran berupa pesan hari raya nyepi menjelang kenaikan Harga BBM dan TDL. Ini adalah sebuah kerangka pikir penulis yang tentu masih banyak kekurangannya.
Bagi Penulis Hari raya nyepi ini adalah hari raya yang sangat suci dan sakral yang mana para tetua dibali menyebutnya "Tenget", hari nyepi ini merupakan bentuk kearifan budaya lokal untuk perbaikan dunia ini, melalui hari raya nyepi inilah lahirnya inspirasi sebuah agenda dunia yang disebut "World Silent Day" yang telah kita ketahui bersama.
Hari Raya Nyepi di tahun baru Ḉaka yang ke 1934 ini, perlu sekali kita memberi sebuah makna yang mendalam disamping melaksanakan rangkaian upacara nyepi dan "Catur Berata Penyepian" itu sendiri.
Nyepi adalah Tahun baru, tidak selayaknya tahun baru pada umumnya yang dirayakan dengan pesta pora, tahun baru Ḉaka dibali dirayakan dengan suasana keheningan, mengingat nyepi itu berasal dari kata sepi, sunyi dan senyap.
Dari sisi Tujuan Hari Raya Nyepi adalah untuk memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida SangHyang Widhi Wasa untuk menyucikan Bhuwana Alit atau alam dalam diri manusia atau microcosmos dan Bhuwana Agung atau alam semesta atau macrocosmos. Sehingga akan terjadi keselarasan baik Alam Mikro dan Makro.
Dari sisi prosesi upacara penyepian yang diawali dengan kegiatan Melasti yakni penyucian symbol-symbol tuhan (pretima) yang bermakna membuang segala kekotoran yang ada, kemudian dilakukan serentak upacara tawur dan pengerupukan sehari menjelang puncak acara penyepian yaitu upacara pecaruan untuk menetralisir bhutakala dalam hal ini dapat dikatakan untuk menetraliris kekuatan negatif.
Pada Tahap inti pelaksanaan Hari Raya Penyepian dilakukan beberapa wujud pengendalian diri dan mawas diri dengan empat pedoman yang disebut Catur Bratha Penyepian yakni :
1. Amati Geni : Tidak berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api, dan secara batin dimaksudkan untuk mengekang dan mengendalikan diri dari hal-hal yang bersifat negatif seperti mematikan api amarah dan api asmara.
2. Amati Karya : Tidak melakukan pekerjaan Jasmani dan meningkatkan penyucian rohani
3. Amati Lelungan : Tidak bepergian dan tetap mawas diri
4. Amati Lelanguan : Tidak mendengarkan hiburan, melainkan peningkatan pemusatan pikiran kepada Hyang Widi.
Serta bagi yang mampu juga melaksanakan “tapa, brata, yoga dan semadhi.”
Dari prosesi dan beberapa penjelasan diatas mengenai Hari Raya Nyepi, kita dapat menarik sebuah pesan moril untuk kita semua menjelang sebuah rencana pemerintah Republik Indonesia menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar Listrik) pada awal bulan April 2012 nanti.
Melalui Hari raya nyepi kita belajar menatap sebuah hari baru yang dimulai dengan ketenangan dan penuh sikap positif, dengan berusaha mengekang hawa nafsu dan amarah serta ketidak puasan.
Melalui hari raya nyepi kita belajar untuk lebih arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan, belajar mencintai diri kita sendiri, belajar mencintai alam semesta ini dengan berusaha untuk tidak mencemari alam semesta ini dengan sikap yang konsumtif dan barbar.
Melalui hari raya nyepi ini kita belajar untuk memanfaatkan potensi dalam diri kita dan lingkungan sekitar kita sebaik-baiknya dengan pola hidup hemat.
Mungkin jika anda ada di bali disaat hari raya nyepi berlangsung, anda akan merasakan sebuah kenikmatan, tanpa suasana bising deru dan debu asap kendaraan yang mengepul dijalanan yang mengkonsumsi banyak BBM, tanpa ada suasana bising dentuman speaker yang terasa menghentak ditelinga dan mengguncang dada yang sudah tentu disertai gemerlap lampu di dunia hiburan yang menghabiskan ber ratus-ratus Watt Listrik, udara bersih dan segar kita hirup, langit bali yang biru seperti dulu, suara burung berkicauan begitu indah, keesokan harinya dalam hati anda akan berkata Andaikata Nyepi ini berlangsung dalam setahun lebih dari sekali dunia ini pasti jauh lebih tenang, konsumsi listrik dan BBM bisa tertekan yang sudah tentu bisa menyelamatkan keuangan Negara Atau andai kata Kearifan Nyepi ini ada juga di belahan pulau lainnya dunia ini, mungkin dunia ini bisa terselamatkan dari isu pemanasan global.
Pada artikel kami sebelumnya yang berjudul "Nyepi Bentuk Keselarasan Alam Mikro & Makro" disana telah dijelaskan mengenai Kegiatan Pelaksanaan hari Raya Nyepi serta makna dari hari raya nyepi tersebut.
Namun pada kesempatan Kita kali ini Admin walau bukan seorang pengamat, walau bukan seorang spiritualis atau bahkan bukan seorang penguasa, melainkan hanya seorang petani biasa akan mencoba menuangkan sebuah kerangka pikiran berupa pesan hari raya nyepi menjelang kenaikan Harga BBM dan TDL. Ini adalah sebuah kerangka pikir penulis yang tentu masih banyak kekurangannya.
Bagi Penulis Hari raya nyepi ini adalah hari raya yang sangat suci dan sakral yang mana para tetua dibali menyebutnya "Tenget", hari nyepi ini merupakan bentuk kearifan budaya lokal untuk perbaikan dunia ini, melalui hari raya nyepi inilah lahirnya inspirasi sebuah agenda dunia yang disebut "World Silent Day" yang telah kita ketahui bersama.
Hari Raya Nyepi di tahun baru Ḉaka yang ke 1934 ini, perlu sekali kita memberi sebuah makna yang mendalam disamping melaksanakan rangkaian upacara nyepi dan "Catur Berata Penyepian" itu sendiri.
Nyepi adalah Tahun baru, tidak selayaknya tahun baru pada umumnya yang dirayakan dengan pesta pora, tahun baru Ḉaka dibali dirayakan dengan suasana keheningan, mengingat nyepi itu berasal dari kata sepi, sunyi dan senyap.
Dari sisi Tujuan Hari Raya Nyepi adalah untuk memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida SangHyang Widhi Wasa untuk menyucikan Bhuwana Alit atau alam dalam diri manusia atau microcosmos dan Bhuwana Agung atau alam semesta atau macrocosmos. Sehingga akan terjadi keselarasan baik Alam Mikro dan Makro.
Dari sisi prosesi upacara penyepian yang diawali dengan kegiatan Melasti yakni penyucian symbol-symbol tuhan (pretima) yang bermakna membuang segala kekotoran yang ada, kemudian dilakukan serentak upacara tawur dan pengerupukan sehari menjelang puncak acara penyepian yaitu upacara pecaruan untuk menetralisir bhutakala dalam hal ini dapat dikatakan untuk menetraliris kekuatan negatif.
Pada Tahap inti pelaksanaan Hari Raya Penyepian dilakukan beberapa wujud pengendalian diri dan mawas diri dengan empat pedoman yang disebut Catur Bratha Penyepian yakni :
1. Amati Geni : Tidak berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api, dan secara batin dimaksudkan untuk mengekang dan mengendalikan diri dari hal-hal yang bersifat negatif seperti mematikan api amarah dan api asmara.
2. Amati Karya : Tidak melakukan pekerjaan Jasmani dan meningkatkan penyucian rohani
3. Amati Lelungan : Tidak bepergian dan tetap mawas diri
4. Amati Lelanguan : Tidak mendengarkan hiburan, melainkan peningkatan pemusatan pikiran kepada Hyang Widi.
Serta bagi yang mampu juga melaksanakan “tapa, brata, yoga dan semadhi.”
Dari prosesi dan beberapa penjelasan diatas mengenai Hari Raya Nyepi, kita dapat menarik sebuah pesan moril untuk kita semua menjelang sebuah rencana pemerintah Republik Indonesia menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar Listrik) pada awal bulan April 2012 nanti.
Melalui Hari raya nyepi kita belajar menatap sebuah hari baru yang dimulai dengan ketenangan dan penuh sikap positif, dengan berusaha mengekang hawa nafsu dan amarah serta ketidak puasan.
Melalui hari raya nyepi kita belajar untuk lebih arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan, belajar mencintai diri kita sendiri, belajar mencintai alam semesta ini dengan berusaha untuk tidak mencemari alam semesta ini dengan sikap yang konsumtif dan barbar.
Melalui hari raya nyepi ini kita belajar untuk memanfaatkan potensi dalam diri kita dan lingkungan sekitar kita sebaik-baiknya dengan pola hidup hemat.
Mungkin jika anda ada di bali disaat hari raya nyepi berlangsung, anda akan merasakan sebuah kenikmatan, tanpa suasana bising deru dan debu asap kendaraan yang mengepul dijalanan yang mengkonsumsi banyak BBM, tanpa ada suasana bising dentuman speaker yang terasa menghentak ditelinga dan mengguncang dada yang sudah tentu disertai gemerlap lampu di dunia hiburan yang menghabiskan ber ratus-ratus Watt Listrik, udara bersih dan segar kita hirup, langit bali yang biru seperti dulu, suara burung berkicauan begitu indah, keesokan harinya dalam hati anda akan berkata Andaikata Nyepi ini berlangsung dalam setahun lebih dari sekali dunia ini pasti jauh lebih tenang, konsumsi listrik dan BBM bisa tertekan yang sudah tentu bisa menyelamatkan keuangan Negara Atau andai kata Kearifan Nyepi ini ada juga di belahan pulau lainnya dunia ini, mungkin dunia ini bisa terselamatkan dari isu pemanasan global.
Komentar
Posting Komentar
Mohon komentar mengenai blog ini, atas artikel, segala kekurangan dan kelebihan dalam blog ini demi kemajuan blog ini, Terimakasih...!