Diantara kita mungkin saja suatu saat ketika berjalan-jalan di kota, biasanya dipinggir jalan atau di sebuah tiang listrik pernah melihat suatu Pamflet kertas hasil foto copy-an yang di tempel dengan bertuliskan "BUTUH DANA CEPAT.....!, GADAIKAN BPKB SEBAGAI JAMINAN 1 HARI LANGSUNG CAIR" Lengkap dengan Nomor Telpon yang bisa di hubungi. Pemandangan ini sudah sangat sering kita saksikan, pamflet yang mengotori pemandangan dijalan, tiang listrik hingga tembok-tembok yang berada di pinggir jalan. Bagi anda yang sering membaca koran dan otak atik pada rubrik iklan, sering juga kita temui tulisan seperti diatas, apalagi di dunia maya, dunia digital melalui media internet tak luput juga dari iklan ini.
Suatu ketika di pelosok desa kami, pernah kami lihat anak-anak muda berpakain rapi selayaknya pegawai bank masuk hingga kepelosok desa menyasar warung-warung yang ada di desa kami dengan fasihnya menawarkan sebuah kredit harian kepada pedagang yang di jumpainya. Dalam benak pikiran saya sungguh ironis memang bila kita bandingkan dengan pegawai bank yang pada umumnya cenderung fasif dalam mencari nasabah jika dibandingkan dengan Pegawai tadi. Sungguh Aneh juga jika kita bandingkan dengan BANK pada umumnya dalam proses kredit cenderung ribet dan berbelit-belit walaupun sudah lengkap dengan agunan dibandingkan dengan pegawai tadi yang berani jamin 1 hari dana bisa langsung cair, terkadang untuk pinjaman yang masih dibawah 1 jutaan berani memberikan tanpa jaminan asal ada usaha seperti warung.
Telusur punya telusur akhirnya setelah lama dapat berbincang-bincang bahwa pegawai tersebut mengatas namakan sebuah lembaga bernama "Koperasi Simpan Pinjam" dan ada juga Mengatas namakan Lembaga Keuangan "BPR". Melalui sebuah pembicaraan yang lama saya temukan hal yang menarik diantaranya : Untuk pinjaman kisaran dibawah 1 jutaan dengan tanpa agunan, maksimal pinjaman 40 hari dengan suku bunga 20%, dipotong biaya administrasi dan biaya profisi. Ketika saya mencoba menanyakan Badan Hukum (BH) maka pegawai yang mengaku dari sebuah lembaga KOPERASI tersebut belum memiliki BH. Kok Bisa Ya....!...????
Diawal biasanya masyarakat sangat tertarik sekali dengan tawaran jasa pinjaman ini, mengingat mereka yang memiliki usaha kecil-kecilan hingga menengah merasakan hal ini adalah sebuah angin segar dalam memperbesar modal usahanya demi kelancaran usaha mereka. Biasanya saking tertariknya dengan hitungan harian yang dirasa ringan mereka calon Debitur tanpa banyak perhitungan dan langsung memutuskan untuk menjadi nasabah.
Dalam hati kecil saya merasa mereka para nasabah "bank harian" ini selama ini benar-benar mengalami kesulitan permodalan, jika mereka mesti meminjam di BANK biasanya mereka terhambat oleh segala "tektek bengek" aturan birokrasi yang bagi mereka sangat sulit, dan mereka pelaku usaha kecil ini tidak akan mampu menyusun sebuah proposal LC selayaknya para pembobol bank yang selama ini terjadi.
Sungguh kasian memang pelaku usaha kecil ini begitu tawaran dari pihak "bank harian" langsung saja mereka sambar dan anggap sebuah angin segar.
Waktupun berlalu, singkat cerita transaksi yang tidak perlu ribet inipun tercapai, dan pihak "Bank Harian" inipun melalui kolektornya saban hari begitu rajin sekali menyambangi nasabahnya, ketika suatu saat pihak debitur mengalami masalah keuangan seperti orderan yang belum terbayar, atau sepinya pembeli maka berpengaruh pada telatnya pencicilan harian mereka dan pihak kolektor tidak ramah lagi mencak-mencak dan bahkan berkata tidak sopan selayaknya preman kampung.
Dari cerita diatas dapat dikatakan bahwa model "Bank Harian" yang berkedok koperasi ini sungguh layak bila kita sebut "Lintah Darat" atau "Rentenir Berdasi" kenapa...? bila kita lihat dari sisi asas dan tujuan Koperasi yang resmi hal ini sungguh menyimpang 180 derajat dari asas dan tujuan koperasi pada umumnya. Model rentenir berdasi ini layaknya pahlawan yang pada akhirnya menjerat leher nasabah mereka, sungguh kasihan mereka.
Untuk itu Kami selaku masyarakat kecil alangkah baiknya bila kita membangun sebuah lembaga keuangan mikro yang sejalan dengan asas perkoperasian sehingga memperkecil ruang gerak para "rentenir berdasi" ini hingga ke tingkat desa. Kedepan berdasarkan pengalaman buruk masalalu mestinya masyarakat desa lokapaksa mesti banyak belajar, belajar mentaati sebuah kesepakatan, belajar lebih berjiwa sosial membangun desa dengan segenap program yang ada, serta yang paling penting merubah "MIND SETS" menjadi masyarakat yang positif.
Untuk itu kami Kelompok Tani Ternak Pucak Manik bersama KOPTAN Werdhi Sadhana siap merangkul para pelaku usaha mikro yang "positif" dan para petani dalam membangun desa lokapaksa menjadi desa usaha, desa agribisnis, desa mandiri pangan dan energy dengan produk yang mampu menembus pasar global untuk kedepannya.
Untuk kedepan melalui Koptan Werdhi Sadhana akan mewakili desa lokapaksa sebagai lembagan keuangan bagi petani dan usaha kecil sehingga produk lokal yang dihasilkan mampu menembus pasar global.
Singkat Kata Melalui Koptan Werdhi Sadhana kita bangun desa lokapaksa dan memperkecil ruang gerak "rentenir berdasi", sekarang tinggal komitmen masyarakat desa lokapaksa yang lainnya diluar anggota yang telah bergabung, apakah kita terus dalama lingkaran dan jeratan rentenir apa sejenak kita meloncat keluar dari lingkaran kesusahan ini dengan coba merenung sambil memperbaiki sikap dan pola pikir negatif yang selama ini melekat, jika kita mau kenapa tidak...!, Kami saja dari masyarakat paling kecil di wilayah pelosok atas sudah melangkah, masak yang katanya lebih berpendidikan tidak mau..!
Diawal biasanya masyarakat sangat tertarik sekali dengan tawaran jasa pinjaman ini, mengingat mereka yang memiliki usaha kecil-kecilan hingga menengah merasakan hal ini adalah sebuah angin segar dalam memperbesar modal usahanya demi kelancaran usaha mereka. Biasanya saking tertariknya dengan hitungan harian yang dirasa ringan mereka calon Debitur tanpa banyak perhitungan dan langsung memutuskan untuk menjadi nasabah.
Dalam hati kecil saya merasa mereka para nasabah "bank harian" ini selama ini benar-benar mengalami kesulitan permodalan, jika mereka mesti meminjam di BANK biasanya mereka terhambat oleh segala "tektek bengek" aturan birokrasi yang bagi mereka sangat sulit, dan mereka pelaku usaha kecil ini tidak akan mampu menyusun sebuah proposal LC selayaknya para pembobol bank yang selama ini terjadi.
Sungguh kasian memang pelaku usaha kecil ini begitu tawaran dari pihak "bank harian" langsung saja mereka sambar dan anggap sebuah angin segar.
Waktupun berlalu, singkat cerita transaksi yang tidak perlu ribet inipun tercapai, dan pihak "Bank Harian" inipun melalui kolektornya saban hari begitu rajin sekali menyambangi nasabahnya, ketika suatu saat pihak debitur mengalami masalah keuangan seperti orderan yang belum terbayar, atau sepinya pembeli maka berpengaruh pada telatnya pencicilan harian mereka dan pihak kolektor tidak ramah lagi mencak-mencak dan bahkan berkata tidak sopan selayaknya preman kampung.
Dari cerita diatas dapat dikatakan bahwa model "Bank Harian" yang berkedok koperasi ini sungguh layak bila kita sebut "Lintah Darat" atau "Rentenir Berdasi" kenapa...? bila kita lihat dari sisi asas dan tujuan Koperasi yang resmi hal ini sungguh menyimpang 180 derajat dari asas dan tujuan koperasi pada umumnya. Model rentenir berdasi ini layaknya pahlawan yang pada akhirnya menjerat leher nasabah mereka, sungguh kasihan mereka.
Untuk itu Kami selaku masyarakat kecil alangkah baiknya bila kita membangun sebuah lembaga keuangan mikro yang sejalan dengan asas perkoperasian sehingga memperkecil ruang gerak para "rentenir berdasi" ini hingga ke tingkat desa. Kedepan berdasarkan pengalaman buruk masalalu mestinya masyarakat desa lokapaksa mesti banyak belajar, belajar mentaati sebuah kesepakatan, belajar lebih berjiwa sosial membangun desa dengan segenap program yang ada, serta yang paling penting merubah "MIND SETS" menjadi masyarakat yang positif.
Untuk itu kami Kelompok Tani Ternak Pucak Manik bersama KOPTAN Werdhi Sadhana siap merangkul para pelaku usaha mikro yang "positif" dan para petani dalam membangun desa lokapaksa menjadi desa usaha, desa agribisnis, desa mandiri pangan dan energy dengan produk yang mampu menembus pasar global untuk kedepannya.
Untuk kedepan melalui Koptan Werdhi Sadhana akan mewakili desa lokapaksa sebagai lembagan keuangan bagi petani dan usaha kecil sehingga produk lokal yang dihasilkan mampu menembus pasar global.
Singkat Kata Melalui Koptan Werdhi Sadhana kita bangun desa lokapaksa dan memperkecil ruang gerak "rentenir berdasi", sekarang tinggal komitmen masyarakat desa lokapaksa yang lainnya diluar anggota yang telah bergabung, apakah kita terus dalama lingkaran dan jeratan rentenir apa sejenak kita meloncat keluar dari lingkaran kesusahan ini dengan coba merenung sambil memperbaiki sikap dan pola pikir negatif yang selama ini melekat, jika kita mau kenapa tidak...!, Kami saja dari masyarakat paling kecil di wilayah pelosok atas sudah melangkah, masak yang katanya lebih berpendidikan tidak mau..!
kalo dalam islam hal tersebut dinamakan 'RIBA'
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung di blog kami
BalasHapusPraktek RENTENIR seperti ini sudah marak ada di mana-mana dan pemerintah sepertinya mendiamkan saja, padahal korban sudah banyak berjatuhan. Tidak sedikit yang tadinya usahanya sedang maju, ambruk gara-gara tergiur janji-janji para RENTENIR ini. sudah saatnya kita bergerak memberantas praktek-praktek RENTENIR ini. bukan dengan kekerasan tapi dengan sebuah gerakan sosial yang berpihak pada si kecil.
BalasHapusKami dari pengurus Dewan Keluarga Mesjid Al-Barokah yang beralamat di Kp Campaka Desa / kec Campaka kab Cianjur Jawa Barat, mencoba membuat suatu gerakan sosial dengan mengajak peran serta Masyarakat di dalamnya. Warga (-/+ 300 KK) yang terhimpun dalam wadah Dewan Keluarga Mesjid di anjurkan untuk menabung sebesar 500 rupiah / hari dimana uang tsb dikumpulkan setiap hari Jum'at dengan total terkumpul setiap minggunya 300 x 500 x 7 hari = 1.050.000,-.
Setelah terkumpul cukup banyak, pertama2 dilakukan pendataan terhadap warga, berapa orang warga yang sedang terlilit utang dengan RENTENIR BERDASI tersebut, kami batasi (untuk sementara) yang mempunyai utang 3 jt kebawah. Lalu setelah itu DKM melunasi utang tersebut kepada Rentenir, dan warga yang utangnya dilunasi wajib mencicil semampunya kepada DKM TANPA BUNGA sama sekali.
Kami berharap dengan cara seperti ini, kami bisa sedikit demi sedikit mengikis habis praktek-praktek RENTENIR BERDASI ini oleh diri kita sendiri. Kita tidak bisa berharap terlalu banyak kepada Pemerintah, karena pada kenyataannya justru Pemerintah sendiri yang memberi peluang munculnya praktek2 RENTENIR BERDASI INI.