Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2010

Lokapaksa Desa Kucinta

DESAKU YANG KUCINTA Desaku yang kucinta Pujaan hatiku Tempat ayah dan bunda Dan handai tolanku Tak mudah kulupakan Tak mudah bercerai Selalu kurindukan Desaku yang permai Ketika Lagu ini terngiang di telingaku, hatiku rindu pada kampung halamanku, pengen segera kembali berkumpul bersama keluargaku tercinta dan sahabat-sahabat kecilku yang kini nun jauh disana. Desaku Desa Lokapaksa, tempatku berpijak menggantungkan hidup, aku bangga pada desaku dengan segala kekurangan dan kebihan yang ada di desaku.Tulisan ini aku persembahkan untuk saudara-saudaraku warga desa lokapaksa dimanapun berada, baik yang kini mengabdi untuk negri di berbagai belahan bumi ini. 2.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis Desa Lokapaksa Melihat luas wilayah Desa Lokapaksa yang sangat luas jika dibandingkan desa-desa yang ada di Kecamatan Seririt, yakni : 28, 84 KM2, sudah tentu juga di ikuti dengan potensi jumlah penduduk mencapai 10.245 jiwa (data BPS Kabupaten Bul

Sapi Bali Flasma Nutfah Asli Indonesia

Pejantan Sapi Bali Pulau Bali dengan segala keunikannya, kecantikan dan keindahan alam bali serta keramah tamahan penduduk bali, dengan menyandang berbagai julukan seperti : Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, Morning of The World, Paradise Island, dan lain sebagainya merupakan wujud nyata dari indahnya alam bali dengan adat istiadat serta kebudayaan bali. Di bali dengan segala keindahan pulau bali terkandung kekayaan alam khas bali seperti : Burung jalak Bali yang berhabitat di hutan Bali barat, Anjing Kintamani, Harimau Bali yang telah dinyatakan punah sejak tahun 1991 dan Sapi bali Sebagai Salah Satu Flasma Nutfah  Asli Indonesia yang Ada di Pulau Bali.

Pemanasan Global & Perubahan Iklim

Bumi merupakan tempat tinggal bagi kehidupan, baik manusia maupun mahluk hidup yang lainnya dimana kita sebagai manusia memiliki sifat ketergantungan dan keterkaitan dengan alam dan lingkungan maka sudah seharusnyalah kita menjaga dengan penuh kesungguh-sungguhan, agar kehidupan di muka bumi ini terus berlangsung dengan baik. Bumi ini untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang inilah yang penting untuk dibicarakan, dimana bumi yang melibatkan persoalan lingkungan hidup sebagai bagian yang tidak boleh dilupakan. Kualitas lingkungan hidup semakin menurun dari hari ke hari, Bumi telah menjadi lebih hangat sekitar 1ºF (0.5ºC) dari 100 tahun yang lalu. Tapi mengapa ? dan bagaimana ? bumi bisa saja menjadi hangat secara alami, tetapi banyak ahli iklim dunia yang percaya bahwa tindakan manusia telah membantu membuat bumi menjadi lebih hangat. Internasionalisasi modal telah menjadi ancaman paling besar terhadap bumi dan lingkungan hidup secara lebih khusus. Watak dasar kapitalism

Nyepi Bentuk Keselarasan Alam Mikro & Makro

NYEPI berasal dari kata sepi (sunyi, senyap), Hari Raya Nyepi salah satu hari raya besar umat Hindu di Bali, filsafat (tattwa) dan susila (etika) yang menjadi acuan semua upacara hari raya Hindu di Bali. Nilai-nilai budaya Hindu yang diakui di dalam upacara yadnya termasuk upacara yadnya pada hari raya Nyepi merupakan suatu kekuatan spiritual yang dapat membentuk jati diri umat, sebagai wahana pengendalian diri dan dapat sebagai penguat integrasi umat manusia dalam arti yang sangat universal. Hari raya Nyepi sebagai hari raya umat Hindu yang merupakan puncak identitas umat Hindu karena hari raya suci ini satu-satunya yang diakui sebagai hari libur nasional yang dimulai tahun 1983. Hari raya Nyepi jatuh dalam satu tahun sekali tepatnya pada tahun baru saka. Pada saat itu matahari menuju garis lintang utara, saat Uttarayana yang disebut juga Devayana yakin waktu yang baik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut lontar Sang Hyang Aji Swamandala yang menyatakan b

Tumpek Wariga Hari Bumi Ala BALI

"Dadong-dadong Kakine Dija..?, Tiyang Jani Mapangarah, Buwin Selae Dina Galungan, Mebuwah Nyen Apang Ngeed, Ngeed, Ngeed...!" Lalu diperciki tirtha pada tanaman dan di isi tape, kuwe lak-klak, bubur dan lain sebagainya pada tanaman tersebut lengkap dengan ritual lainnya. Setiap kali perayaan hari Tumpek Wariga, doa sederhana itu senantiasa terngiang di telinga Kita Ketika Saya masih kecil, Niyang/Nenek memang sering mengajak saya ikut mengupacarai sejumlah pepohonan dirumah, terutama yang menghasilkan buah. Doa itu mengandung penghargaan agar sang pohon bisa berbuah lebat (nged) sehingga bisa digunakan untuk keperluan upacara hari raya Galungan yang jatuh 25 hari berikutnya. Dalam konsepsi Hindu, saat Tumpek Pengatag - dikenal juga sebagai Tumpek Wariga, Tumpek Uduh atau Tumpek Bubuh dihaturkan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Sangkara, Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan. Memang, menurut

Tumpek Kandang Wujud Kasih Terhadap Binatang

"Berbuatlah agar semua orang, binatang-binatang dan semua makhluk hidup berbahagia" (Yajurveda XVI.48) Saniscara Kliwon Wuku Uye, masyarakat Bali (Hindu) merayakan hari suci Tumpek Uye atau disebut juga Tumpek Kandang atau Tumpek Andang. Awam kerap memaknai hari ini sebagai hari untuk memuliakan segala jenis hewan sebagai bagian penting ekosistem penopang kehidupan di dunia. Inilah satu dari setumpuk tradisi Bali yang memberikan pesan agar manusia senantiasa bersahabat dengan alam dengan segenap isinya. Apa sebetulnya makna hari Tumpek Kandang ? lalu, apa Relevansinya dengan konteks kekinian ? BERBAHAGIALAH masyarakat Bali yang mewarisi beragam tradisi jaga lingkungan yang unik sekaligus otentik.  Tradisi-tradisi berkesadaran lingkungan mengajarkan manusia Bali bagaimana semestinya merawat kelestarian alam dengan menjaga keseimbangan ekosistemnya, senantiasa mewujudkan harmoni hubungan manusia dengan alam dengan segenap isinya.  Hari raya tumpek merupakan perwujuda